top of page
Search
  • Writer's pictureBaramoeda

Bagaimana Terjadinya Krisis Iklim?

Mungkin beberapa dari kita pernah bertanya-tanya, “Apa sih sebenarnya krisis iklim?”


Krisis iklim berawal dari aktivitas manusia yang menghasilkan gas rumah kaca, seperti pembakaran batubara, penggunaan pendingin ruangan, aktivitas peternakan, dan deforestasi. Hal ini menyebabkan efek rumah kaca, salah satunya pemanasan global, yang dalam jangka panjang menyebabkan perubahan iklim. Perubahan iklim terjadi semakin parah sehingga seringkali disebut “krisis iklim” untuk menggambarkan betapa buruknya kondisi iklim saat ini.





Sebelum itu, mungkin beberapa dari kita belum familiar dengan istilah “gas rumah kaca”. Mari kita bahas, sebetulnya apa itu gas rumah kaca?


Gas rumah kaca adalah kelompok gas yang mampu menyerap radiasi inframerah (energi panas) yang dipancarkan dari permukaan bumi dan memancarkannya kembali ke permukaan bumi. Secara sederhana, gas rumah kaca bersifat seperti perangkap untuk energi panas. Kita tahu bahwa rumah kaca/greenhouse dapat memerangkap panas di dalamnya, sehingga petani bisa menanam selama musim dingin. Jika dianalogikan, gas rumah kaca menyebabkan bumi menjadi rumah kaca dengan sumber panas dari matahari. Energi panas yang diterima bumi tidak bisa dipantulkan keluar sehingga efeknya bumi terus bertambah panas secara global. Fenomena inilah yang disebut sebagai pemanasan global.


Sudah paham dengan istilah gas rumah kaca? Berikut adalah gas-gas rumah kaca. Pertama, karbon dioksida (CO2) yang kita hasilkan saat bernapas, saat kita membakar sesuatu seperti bahan bakar fosil dan kebakaran hutan. Kedua, metana (CH4) yaitu senyawa organik dari pembusukan tanaman, kotoran hewan, serta limbah industri Ketiga, dinitrogen monoksida (N2O) yang berasal dari industri pertanian, transportasi, dan industri. Keempat, Asam perfluorooktanoat (PFCs) yang dihasilkan industri elektronik. Kelima, Sulfur Hexafluoride (SF6) yaitu senyawa anorganik dari industri listrik terutama untuk circuit breaker. Terakhir, Hydrofluorocarbons (HFCs) yang merupakan bahan pendingin, pelarut, dan pemadam api. Dari keenam gas rumah kaca, yang menjadi perhatian utama adalah karbon dioksida (CO2), metana (CH4) dan dinitrogen monoksida (N2O) karena sangat erat dengan aktivitas manusia.


Krisis iklim tercatat berdampak negatif pada bumi, seperti cuaca ekstrim, kenaikan jumlah penyakit, penurunan produksi pangan, degradasi keanekaragaman hayati, dan bahkan migrasi penduduk. Beberapa negara, termasuk Maldives juga terancam tenggelam karena es di kutub terus meleleh!


Menanggapi hal ini, mungkin kita mulai bertanya, “Bagaimana cara menghentikan krisis iklim?”


Sayangnya, kita tidak bisa menghentikan krisis iklim. Hal yang bisa kita lakukan adalah memperlambat prosesnya. Ibarat mengerem mobil sebelum menabrak dinding, kita hanya bisa mengurangi kerusakannya, bukan mencegah kecelakaannya.


Jadi, bagaimana respon kita terhadap krisis iklim? Secara umum, kita bisa membaginya menjadi 2 kelompok yaitu mitigasi dan adaptasi. Mitigasi adalah mengurangi resiko melalui aktivitas penurunan emisi maupun peningkatan penyerapan gas rumah kaca, sedangkan adaptasi adalah upaya meningkatkan kapasitas adaptif untuk dapat bertahan menghadapi dampak negatif krisis iklim.


Ada banyak cara untuk berkontribusi mitigasi krisis iklim, seperti gaya hidup zero waste, mengurangi makan daging, transisi energi terbarukan, dan masih banyak lagi. Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa dampak yang lebih besar akan dihasilkan melalui kebijakan nasional dan keberpihakan pihak-pihak pada alternatif yang ramah lingkungan. Akan tetapi, upaya itu bisa kita mulai dari diri kita sendiri! Kita bisa mulai mengurangi konsumsi daging, mengurangi plastik sekali pakai, membawa botol minum sendiri, membeli produksi lokal, dan tentunya “reduce, reuse, recycle”. Mari mulai dari diri sendiri!


11 views0 comments
Post: Blog2_Post
bottom of page