top of page
Search
  • Writer's pictureBaramoeda

Jangan Bebankan Masalah Kita pada Tanaman -Tanaman

Oleh: Dini Nuris Nuraini


Sungguh malang nasib tanaman-tanaman, apapun masalah manusia sedikit-sedikit dibebankan pada mereka, baik itu masalah krisis air, polusi udara, dan entah apa lagi. Agaknya ada yang terlupakan di sini, tanaman pun memiliki keterbatasan dan apapun masalah manusia sebenarnya tanggung jawab terbesarnya ada pada dirinya sendiri sebagai pemimpin di bumi. Berbagai kemanfaatan yang bisa diberikan tanaman sifatnya hanyalah membantu, itupun tetap membutuhkan keseimbangan.


Dalam masalah ketersediaan air, para ilmuwan telah lama melakukan perang teori apakah tanaman dapat menghasilkan air dan memperbaiki tanah atau malah sebaliknya, menguras air. Di dalam jurnal Scientific Reports para peneliti menemukan bahwa jumlah menengah tutupan pohon menciptakan kondisi lebih banyak ketersediaan air dibandingkan jika tidak ada pohon atau jumlah pepohonannya berlebihan. Namun, bukan hanya jumlah dan jenis pepohonan yang mempengaruhi, tetapi juga kualitas dan jenis tanah, iklim, serta curah hujan.


Hasil riset dari Ulrik Ilstedt dari Universitas Ilmu Pertanian Swedia, dan salah seorang penulis penelitian menunjukkan bahwa di bentang alam kering, pohon (dengan kepadatan tertentu) dapat meningkatkan ketersediaan air, dengan membantu mengisi kembali air permukaan. Penanaman pohon di lahan kering Afrika akan menginisiasi kenaikan awal jumlah air di bentang alam, karena pohon menggunakan lebih sedikit air dibanding suntikan air yang di-infiltrasikan pohon ke dalam tanah. Sementara itu, akar pohon – dan binatang yang mereka tarik seperti semut, rayap dan cacing – membantu melubangi tanah agar air mengalir.


Sebaliknya, hasil riset yang dipimpin oleh William Anderegg, Anna Trugman, dan David Bowling dan telah dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences menyebutkan beberapa jenis tanaman dan pepohonan yang dapat tetap tumbuh subur saat kekeringan terjadi ternyata membuat lingkungan menjadi lebih kering. Itu berarti di dalam upaya mengatasi masalah kekeringan dan krisis air bersih jenis-jenis tanaman tertentu akan diutamakan.


Senada dengan itu, pengaruh tanaman terhadap polusi udara juga dipengaruhi oleh jenis tanamannya. Secara umum hanya polutan berupa karbondioksida (CO2) yang dibutuhkan oleh tanaman untuk berfotosintesis, sedangkan untuk polutan jenis lain membutuhkan tanaman tertentu yang bersifat spesifik. Padahal, polutan penyebab polusi udara banyak macamnya, tak hanya karbondioksida. Polutan-polutan tersebut misalnya karbonmonoksida, sulfur oksida, nitrogen oksida, Chloro Fluoro Carbon (CFC), timbal (Pb), amonia, hidrokarbon (HC) tidak terbakar, materi partikulat, senyawa organik volatil (VOC), dan polutan radioaktif. Khusus dalam kasus asap kebakaran hutan, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) menyebutkan, terdapat lima kandungan berbahaya dalam asap kebakaran hutan, yakni Karbon Monoksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), dan Ozon Permukaan (O3).


Dari sini dapat kita ketahui bahwa tanaman untuk mengatasi krisis air bisa berbeda dengan tanaman untuk mengatasi polusi udara. Begitupun tanaman untuk mengatasi polusi udara yang disebabkan oleh polutan A bisa berbeda dengan tanaman untuk mengatasi polusi udara yang disebabkan oleh polutan B.

Tak hanya itu, sebelum menunjukkan hasil sesuai harapan, tanaman membutuhkan waktu yang cukup untuk berproses/bekerja. Menurut Pakar tatanan hutan kota Prof. Endes N. Dahlan, pepohonan membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun agar efektif menyerap polutan di udara, baik polutan gas maupun partikel debunya.


Proses inilah yang juga berpacu dengan kecepatan terjadinya kerusakan akibat krisis air maupun polusi udara tadi. Manusia tidak dapat membebankan sepenuhnya tanggung jawab akan masalah kelestarian/pemulihan lingkungan hanya pada tanaman dan pepohonan. Mereka dituntut untuk ikut andil juga dalam mencegah/menurunkan angka krisis air dan polusi udara maupun dalam mengatasinya. Pentingnya andil ini misalnya bisa dilihat pada pesatnya pertumbuhan pohon perkotaan dibandingkan pohon hutan pedesaan, namun bila pohon-pohon tersebut tidak dirawat dengan baik angka kematiannya bisa melonjak lebih dari dua kali lipat pohon hutan pedesaan, sehingga mengakibatkan hilangnya penyimpanan karbon pohon jalanan dari waktu ke waktu.


Begitu pula dengan hutan, sebagai area yang ditumbuhi banyak tanaman dan pepohonan harus dipertahankan tutupannya agar berada dalam kondisi menengah, diatasi kebakaran hutan dan penebangan hutan secara liarnya (deforestasi), serta dipertahankan keseimbangan dan kelestarian keanekaragaman hayatinya agar bisa memberikan kemanfaatan maksimal. Melalui kombinasi strategis antara penanaman dan pemeliharaan, kelayakan inisiatif hijau sebagai alat untuk mitigasi perubahan iklim memungkinkan untuk ditingkatkan.

Sumber:

https://forestsnews.cifor.org/41050/menciptakan-sumber-air-dari-pepohonan?fnl=

https://forestsnews.cifor.org/49154/mengkaitkan-pohon-dan-air?fnl=

https://internasional.kontan.co.id/news/ilmuwan-ternyata-pohon-bisa-membuat-kekeringan-lebih-parah

https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/udara/penyebab-pencemaran-udara

https://m.trubus.id/baca/36326/studi-pepohonan-di-kota-tumbuh-lebih-cepat-namun-mati-lebih-cepat-juga

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190815152437-199-421641/4-kandungan-zat-berbahaya-asap-kebakaran-hutan

https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/17/100000469/penyebab-pencemaran-udara?page=all

https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-01315871/butuh-lebih-dari-10-tahun-untuk-pepohonan-efektif-serap-polutan


28 views0 comments
Post: Blog2_Post
bottom of page