
By: Nida Rahmatul Ula
“Masih muda? Ngapain jadi petani?” begitu kira-kira sebagian pikiran anak muda saat ini, padahal jika petani-petani dengan usia lanjut semakin berkurang siapa yang akan melanjutkannya? Bukankah para pemuda Indonesia yang sebaiknya melanjutkan?
Menurut data BPS tahun 2018, jumlah kelompok umur kepala rumah tangga yang bergerak dibidang usaha pertanian didominasi oleh masyarakat dengan usia 45-54 tahun, yaitu 7.841.355 orang dan terendah terdapat pada masyarakat dengan usia dibawah 25 tahun, yaitu 191.000 orang. Berdasarkan data tersebut, sangat sedikit pemuda yang hatinya tergerak untuk bekerja dibidang usaha pertanian. Padahal bekerja dibidang pertanian sangatlah menjanjikan, contohnya saat kondisi seperti ini ketika Covid-19 menimpa Indonesia dan banyak perusahaan yang menutup usahanya bahkan melakukan PHK terhadap karyawannya, lalu bagaimana dengan petani? Petani akan tetap bekerja dan menghasilkan bahan pangan untuk dikonsumsi seluruh masyarakat Indonesia. Singkatnya begini, selama manusia di bumi ini memakan makanan, siapa yang akan menyediakannya? Bukankah petani?
Menjadi petani diusia muda bukanlah hal yang memalukan ataupun merugikan. Petani tidak hanya tentang bekerja di desa dengan lahan luas dan turun ke sawah, petani bisa bekerja dilahan sempit dengan menerapkan pertanian berbasis non-lahan, petani bisa bekerja dari rumah dengan mengandalkan smartphone yang telah terhubung dengan lahan pertanian di lapangan dan mengontrolnya dari jauh, dan petani pun bisa bekerja di kota dengan menerapkan urban farming. Dengan menanam satu tanaman saja, setidaknya kita bisa membantu bumi menjadi lebih baik, apalagi jika tanaman yang ditanam adalah tanaman pangan yang bisa kita olah untuk jadi makanan, manfaatnya tentu akan kita rasakan.
Mungkin untuk menjadi petani dengan lahan besar dan mendapatkan hasil panen yang melimpah serta penghasilan yang tinggi masih terlalu jauh untuk dicapai, tapi setidaknya sebagai anak muda kita bisa memulainya dari menanam tanaman-tanaman pangan dengan umur panen yang pendek seperti sawi, kangkung, jagung, dan lain-lain yang setidaknya dapat memenuhi kebutuhan pangan untuk diri sendiri. Dalam bertani memang memerlukan banyak ilmu, namun dengan keadaan teknologi saat ini yang mempermudah kegiatan, kita bisa memanfaatkannya dengan mencari informasi lebih mengenai cara bertani yang baik dan mudah dilakukan. Jadi, tunggu apalagi? Ayo bertani!
Sumber:
BPS. 2018. Hasil Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018. Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia.
Belajartani. 2018 “Inilah Daftar Umur Panen Tanaman Sayur”. [Online] https://belajartani.com/inilah-daftar-umur-panen-tanaman-sayur/. Diakses pada 2 Mei 2020 pukul 11.00 WIB.
Comentários