top of page
Search
  • Writer's pictureBaramoeda

Perjuangan Mencapai Indonesia Stop Bakar Sampah

Oleh: Steven Setiawan – Co-Founder of sobasah.id


Pernahkah kalian mengira di suatu tempat terjadi kebakaran, padahal yang sebenarnya terjadi adalah orang membakar sampah sembarangan? Kapan terakhir kali kalian mencium bau asap pembakaran sampah? Apakah kalian mempunyai tetangga, bahkan anggota keluarga yang suka membakar sampah? Jika jawaban dari pertanyaan tersebut adalah ya dan terjadi dalam waktu dekat, kalian tidak sendiri. Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2018 (BPS, 2018) menyatakan bahwa 66,8% rumah tangga membakar sampahnya dan hanya 1,2% dari total rumah tangga yang disurvei yang mendaur ulang sampahnya. Masalah membakar sampah sembarangan tidak hanya menjadi masalah Indonesia, tetapi juga masalah dunia. What a Waste 2.0 (World Bank, 2018) mengatakan 93% dari sampah dibakar atau dibiarkan di tempat terbuka di negara – negara yang berpenghasilan lebih rendah.


Saya sendiri sudah mengalami dampak dari pembakaran sampah sembarangan. Pada tahun 2005, saya mengalami penyakit paru – paru basah dan salah satu penyebabnya adalah polusi udara yang disebabkan oleh aktivitas membakar sampah. Hal yang menjadi ironi adalah pada saat saya merintis dua gerakan saya tentang pengelolaan sampah dan pendidikan lingkungan, terdapat orang – orang yang membakar sampah pada saat yang bersamaan. Pada awal Februari 2020, saya berkesempatan untuk pergi ke Chiang Mai, Thailand untuk mengikuti 8th ASEAN Student Leaders Forum dengan tema “Environmental Sustainability as a Culture: Preparing Student Leaders for a Green Era”. Keadaan yang menjadi ironi terjadi pada saat saya hampir mendarat di Chiang Mai. Langit di atas berwarna biru, tetapi langit di bagian bawahnya berwarna sangat abu – abu. Saya duduk di sebelah seorang ayah dan anak kecil yang saya duga berasal dari negara Barat. Sang Ayah menanggapi pertanyaan adiknya mengenai langit yang berbeda warna tersebut dengan menjelaskan bahwa polusi udara di Chiang Mai sudah sangat parah. Hal ini terbukti ketika pada hari pertama, saya sudah disuruh memakai masker N95, bukan karena COVID – 19 sudah merajalela di Thailand (pada saat itu, baru terdapat 20an kasus di Thailand), tetapi karena asap akibat pembakaran sampah sisa pertanian di Chiang Mai. Pada saat itu, bahkan Chiang Mai menjadi kota dengan indikator polutan udara terburuk di dunia.


Kembali ke Indonesia, masalah pembakaran sampah ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat awam, tetapi juga oleh industri. Pada tahun lalu, sempat beredar berita tentang pembakaran plastik oleh pabrik tahu yang menyebabkan kandungan dioksin yang sangat tinggi pada telur ayam (Anggraini, 2019). Dioksin adalah zat yang dihasilkan dari pembakaran sampah dan dapat menyebabkan penyakit kulit, hati, dan gangguan saraf dalam jangka panjang. Selain itu, pembakaran sampah secara liar juga dapat menyebabkan emisi gas rumah kaca karena terdapat hasil pembakaran berupa karbon dalam berbagai bentuk yang dapat pergi ke atmosfer. Oleh karena itu, kita perlu menghentikan kebiasaan membakar sampah sembarangan dengan mengalihkan pengolahan sampah yang tadinya terkesan melelahkan menjadi menguntungkan, bahkan menghasilkan uang. Tidak mudah mendidik masyarakat, tetapi saya yakin ketika kita menciptakan suatu tren atau kampanye yang diikuti oleh banyak penggerak, maka tren tersebut akan diikuti oleh masyarakat. Salah satu cara yang saya gunakan adalah membentuk sobasah.id, suatu organisasi yang bertujuan untuk mengampanyekan agar masyarakat Indonesia stop bakar sampah dengan beralih ke pengelolaan sampah yang lebih ramah lingkungan, khususnya solusi sampah basah. Saya sadar bahwa perjuangan untuk Indonesia bebas dari praktik membakar sampah masih panjang, tetapi kita bisa mencapainya bila kita ikut menjadi teladan menciptakan gaya hidup yang mempromosikan kegiatan mengolah sampah lain sebagai pilihan yang lebih menguntungkan bagi masyarakat dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, A. P. 2019. Pembakaran Plastik oleh Pabrik Tahu Timbulkan Polutan Dioxin, Apa Itu dan Seberapa Bahaya? https://www.kompas.com/tren/read/2019/11/17/095649165/pembakaran-plastik-oleh-pabrik-tahu-timbulkan-polutan-dioxin-apa-itu-dan?page=all, dikunjungi tanggal 2 Oktober 2020 pukul 23.31 WIB.


BPS. 2018. Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2018. Jakarta: Badan Pusat Statistik.


World Bank. 2018. What a Waste 2.0. Washington, DC: World Bank Group.




12 views0 comments
Post: Blog2_Post
bottom of page