top of page
Search
  • Writer's pictureBaramoeda

Revolusi (karena) Pandemi

Pandemi adalah wabah yang menyebar secara geografis luas yang menyangkut kehidupan orang. Menurut World Health Organization (WHO), indikator pandemi tidak berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit, jumlah korban, atau jumlah infeksi yang diderita. Pandemi COVID-19 (Coronavirus disease) menampar dunia di tahun 2020. Perubahan cara pandang tentang kesehatan merupakan hal sahih yang tidak perlu dipertanyakan dalam suatu pandemi. Bagaimana dampaknya selain pada faktor kesehatan? Mari kita sedikit menelusuri masa lalu tentang pandemi sebelumnya terjadi


Wabah kematian hitam (Black death) abad ke-14 membawa dampak positif bagi bangsa Eropa Barat. Terjadi pada tahun 1350, hampir sepertiga penduduk yang mati, karena telah mengalami kematian puluhan juta orang berasal dari penyakit pes yang menimpa buruh tani yang membuat para pemilik lahan kekurangan tenaga kerja. Revolusi terjadi berkaitan dengan tenaga kerja khususnya yang berada pada sektor pertanian. Kondisi pangan yang tidak menentu membawa perubahan dari sosial ekonomi terkait dengan feodalisme. Eropa Barat mengembangkan komersialisasi lebih modern dengan mengembangkan sistem ekonomi terdiri dari uang kontan. Uang kontan yang digunakan untuk membantu gaji petani yang kaitannya dengan sistem feodalisme (tuan tanah) pada sistem tatanan sosial.


Flu Spanyol pada tahun 1918 merupakan contoh lain dari wabah penyakit yang membutuhkan waktu dua tahun sehingga dunia dapat pulih. Dunia waktu itu, belum menikmati teknologi yang mutakhir seperti saat setelah revolusi industri. Revolusi industri yang terjadi pada 1940 mengubah tatanan teknologi secara revolusioner. Negara berlomba untuk mendapatkan hak lisensi dari internet sehingga internet menjadi tumpuan kesuksesan. Semakin banyak negara yang “menancapkan” kekuasannya pada internet, maka akan lebih banyak kekuasaan yang digunakan. “Flu Spanyol” mengubah tatanan hidup orang banyak, yang mengutamakan pertemuan dan komunikasi primer, diubah menjadi komunikasi sekunder dan alat untuk dapat memperingan cara kerja manusia.


Kerja manusia yang bersifat universal dan cenderung egaliter. Egaliter dalam artian, menggunakan cara dalam mengekspresikan orang lain. Pemberian komunikasi menyambungkan “batas” yang dahulu tidak pernah terbayangkan manusia. “Batas” yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, akan dilampaui hanya dalam waktu singkat. Itulah revolusi. Revolusi, secara bersamaan akan berjalan beriringan dengan perubahan kebiasaan baru yang ada pada bentuk manusia. Pasca pandemi Coronavirus Disease (COVID-19), apa yang negara akan lakukan? Membatasi masyarakat yang bepergian? Membatasi masyarakat yang bekerja di tempat umum? Sulit untuk diterka, sulit untuk dibatasi juga.


Pandemi tidak mudah selesai, hanya dalam jangkauan waktu tertentu. Pandemi digunakan untuk mengevaluasi tatanan hidup manusia dari berbagai sektor. Sektor tersebut mencakup teknologi, kesehatan, sosial, dan sistem pemerintahan yang mengutamakan rakyat sebagai prioritas utama dalam konstitusional suatu negara. Menyikapi pandemi tidak dapat dilakukan dengan sikap yang temperamen, namun memerlukan dasar pemikiran yang teliti. Ketelitian tersebut mencakup kecepatan pemeriksaan, hubungan transportasi, dan konflik dari ego masing-masing sektoral dalam bidang.


Ego sektoral menjadi “bumerang” yang dapat menyerang balik suatu dasar negara. Dasar negara yang dimaksud tentu saja adalah, dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila. Sila ke-3 Pancasila mengungkapkan, bahwa “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Sila ini tentu saja memiliki arti bahwa keadilan untuk dapat “diperlakukan setara” merupakan suatu keharusan yang dijunjung tinggi oleh bangsa negara Indonesia. Kesetaraan berarti mendorong orang tertentu untuk memberikan perhatian yang sama bagi seluruh orang rakyat. Ego rakyat tersebut wajib untuk ditanggung oleh pemerinah..


Penjelasan mengenai ego sektoral, perkembangan komunikasi, dan latar belakang sistem penggajian buruh petani merupakan contoh sahih dari kejadian yang terjadi pasca-pandemi (post-pandemic) yang mengubah tatanan hidup bermasyarakat dan bernegara. Revolusi, begitu disebut, karena perubahan yang terjadi secara instan karena didesak oleh situasi tertentu. Situasi tertentu tersebut yaitu pandemi. Pandemi COVID-19 yang dapat menularkan virus melalui droplet, kontak fisik, ataupun barang yang disentuh oleh penderita dapat menyebabkan orang lain terpapar virus yang sama. Menyedihkan, menakutkan, dan pastinya mengerikan jika orang lain dapat terpapar semudah itu.


Pandemi yang tidak kunjung usai membuat manusia menjadi tidak percaya diri dan cenderung selalu menghindarkan diri. Sektor yang menyimpan tenaga merupakan sektor yang bekerja terutama di bidang pabrik dan retailer. Pabrik yang memiliki berbagai karyawan memiliki beberapa shift sehingga memudahkan penghitungan jumlah karyawan yang aktif ikut dalam satu kali pengerjaan. Pengerjaan yang dimaksudkan terutama pada bidang pabrik dan retailer. Sektor retailer


Hal yang diperhatikan selama pandemi yaitu dampak infeksi penyakit tersebut kepada orang lain, atau sering disebut juga dengan Reproductive Rate (R0). R0 yang dapat ditekan dibawah angka 1, berarti virus/penyakit tersebut hanya menular kepada (di bawah) satu orang, maka daerah tersebut dapat disebut zona kuning. (zona cukup aman). Daerah tersebut dapat menerapkan kebijakan “kebiasaan baru” jika syarat lain terpenuhi, diantaranya adalah tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai, melakukan rapid-testing yang masif di daerah potensi terjangkit, dan melakukan usaha yang sesuai dengan protokol kesehatan yang berlaku.


Mitigasi, atau sering disebut juga sebagai cara pelarian, dapat dilakukan dengan tindakan “mencegah” merupakan salah satu upaya untuk dapat mencegah penyebaran virus korona dengan lingkungan yang kurang mendukung. Salah satu caranya adalah kontribusi budaya dan system pengetahuan lokal. Budaya yaitu pemandu dan pemerkaya pembangunan berkelanjutan, yang perlu diintegrasikan dengan aspek bidang lain, yang menjadikan penyebaran virus corona dapat ditekan. Salah satu contoh yang palih sahih untuk diterapkan sebagai kekuatan budaya di Negara Indonesia adalah gotong royong.


Gotong royong, merupakan sikap untuk membangun kekuatan budaya dari masing-masing masyarakat agar dapat membangun sistem imun yang berbasis lingkungan, termasuk dari cara. Budaya memuat nilai luhur dan keyakinan sebagai pedoman perilaku, cara memecahkan masalah yang berlaku dari kegiatan masyarakat. Salah satu budaya yang berbasis lingkungan yang tertanam dalam masyarakat adalah falsafah “Hamemayu Hayuning Bawono”, yang artinya komitmen untuk membuat bumi indah dan lestari. Visi keharmonisan hidup digambarkan dengan manusia yang dapat bersahabat dengan hewan, tumbuhan, dan alam didalamnya, agar menjadi satu kesatuan dengan alam, mirip dengan pribadi yang penuh memiliki mindfulness.


Menurut Cheval et al. (2020) mengungkapkan bahwa pandemi adalah bahaya yang selalu berhubungan dengan penyebaran skala besar yang meningkatkan daya kesembuhan, namun sekaligus juga meningkatkan jumlah kasus kematian dalam kawasan gegrafis yang luas. Pertambahan jumlah kasus kesembuhan dan meninggal ini berpengaruh terhadap disrupsi social, ekonomi, dan politik. Kesatuan dalam pandemi penting untuk dijamin, bahwa konsep “environment sustainability” menjadi faktor kunci menanggulangi pandemi.


Kesiapsediaan, kerelaan, dan konsistensi individu dalam masyarakat di suatu wilayah menjadi hal yang dapat menyebabkan revolusi. Iya, revolusi singkat mengenai apa dan mengapa pandemi ini harus terjadi. Mengingatkan manusia supaya tidak ego-sektoral, mungkin. Mengingatkan manusia bahwa mereka sombong dengan mengeksploitasi Sumber Daya Alam (SDA) secara berlebihan, mungkin saja. Mengajarkan orang tentang pentingnya menjaga kebersihan diri sendiri dari bahaya virus yang mengancam di luar rumah, juga bisa. Menjaga stabilitas lingkungan, itu mungkin menjadi pesan penting yang disampaikan COVID-19 bagi kita, dalam hubungannya untuk memberikan bentuk nampak bumi yang lebih baik bagi anak dan cucu kita.

Sumber:


Cheval S, Adamescu C.M, Georgiadis T, Hernegger M, Piticar A, Legates D.R. 2020. Observed and potential impacts of the COVID-19 Pandemic on the Environment. Int. J. Res. Public Health 17(1): 40-41. doi:10.3390/ijerph17114140


[WHO] World Health Organization. 2020. Pandemic COVID-19 and its implications. [internet]. Disadur dari: https://www.who.int/news-room/detail/01-06-2020-covid-19-significantly-impacts-health-services-for-noncommunicable-diseases. Diakses pada: [2020 Agu 13].




11 views0 comments
Post: Blog2_Post
bottom of page