top of page
Search
  • Writer's pictureBaramoeda

Zero Waste Yang Realistis

by Nadia Jessica Jonatan


Pernah merasa bersalah saat membeli produk berkemasan sekali pakai? Pengen minuman boba, tapi merasa bersalah karena banyak plastiknya? Kamu tidak sendirian! Fenomena ini disebut eco-guilt, dan faktanya 63-79% generasi muda (usia 18-34) pernah mengalaminya! (Guilt Report, 2020) Maka dari itu, hari ini kita akan membahas tentang hidup zero waste yang realistis.. karena tidak ada zero waste yang sempurna.

Mudahnya akses informasi membuat masyarakat, terutama generasi muda menjadi lebih sadar tentang gaya hidup ramah lingkungan selama beberapa tahun belakangan. Gaya hidup ramah lingkungan termasuk zero waste, reduce-reuse-recycle, dan produk berkelanjutan menjadi semakin diminati. Kita mungkin merasakan efeknya dan secara sadar mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, seperti menolak sedotan plastik di restoran.


Riset Parung (2019) menemukan 63.6% millennials Indonesia merasa membeli produk ramah lingkungan itu penting. Hal ini bisa dilihat dengan kita yang memilih membeli produk dengan kemasan lebih ramah lingkungan, misalnya membeli telur dengan tray karton daripada plastik. Jika ada opsi ramah lingkungan, kenapa tidak?


Akan tetapi, opsi ramah lingkungan tidak selalu ada. Itulah sebabnya artikel ini dibuat, karena kita sering dihadapkan dengan situasi yang sulit. Kita mungkin bisa menahan diri membeli minuman manis dalam kemasan karena tidak urgent, tapi apakah mungkin kita tidak membeli mentega dan minyak dalam kemasan demi zero waste? Kadang-kadang kita tidak punya pilihan.


Selintas terpikir, jika kita betul-betul niat menjalani gaya hidup zero waste, kita bisa pergi ke bulk store saja, ini semua tentang prioritas dan keberpihakan. Tapi, apakah pergi ke bulk store yang 50 km jauhnya dari rumah demi zero waste itu masih relevan? Ingat, ada emisi karbon juga dari transportasi kita. Apakah menghemat waktu dan energi? Kita bisa naif dan hanya melihat dari sudut pandang zero waste saja, tapi kenyataannya tidak lebih ramah lingkungan. Opsi mana yang secara holistik lebih baik?


Susah susah gampang, bukan?


Solusinya adalah: kita harus realistis. Sadar apa yang bisa kita lakukan, dan sadar juga apa yang belum bisa kita lakukan saat ini. Kita harus menerima fakta bahwa hidup zero waste belum sepenuhnya bisa dicapai dalam kondisi sekarang. Distribusi bulk store, komitmen industri, kebijakan pemerintah dan tingkat edukasi masih belum ideal. Setelah menerima fakta ini, kita lakukan yang kita bisa.


Berbelanja di pasar dengan kontainer sendiri, membeli produk dengan kemasan ramah lingkungan, menolak sedotan plastik, dan membawa kantong belanja sendiri adalah hal-hal yang bisa kita lakukan. Terus lakukan hal-hal yang bisa kita lakukan dan ajak teman-teman kita untuk mengadopsi perilaku ini.


Bagaimana dengan hal-hal yang belum bisa kita lakukan? Jangan menyalahkan diri sendiri, memang ada situasi kondisi dimana belum ada opsi lebih baik, dan itu di luar kendali kita; it’s okay. Pilihlah opsi yang lesser evil.


Pernyataan dari seorang environmental influencer bernama Blue Ollis (2020) sangat cocok dengan pesan artikel ini:

“Saya tidak menyalahkan diri sendiri ketika saya tidak bisa menemukan produk bebas kemasan. Saat ini sumber daya terbatas, dan kita harus memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan kita. Banyak orang tidak memiliki akses ke bulk store dan bergantung pada makanan kemasan, terutama mereka yang berada dalam perawatan orang lain, yang tidak memiliki rumah, yang miskin, yang tinggal di daerah tertinggal, dengan pendapatan terbatas dan tidak bekerja.


Tidak apa-apa membeli produk dalam kemasan. Kita masih bisa menjadi pecinta lingkungan dan menjadikan kesehatan mental, fisik, dan emosional sebagai prioritas. Kita masih bisa merawat planet kita dan membeli barang kemasan. Zero waste bukanlah tentang menghakimi tempat sampah kita, tetapi tentang melakukan apa yang kita bisa ketika kita bisa. Zero waste akan terlihat berbeda untuk setiap orang dan selama waktu yang berbeda.


Bersikaplah lembut terhadap diri sendiri dan orang lain dan bekerja menuju dunia yang lebih baik bagi kita semua.”


Yuk kita mulai hidup Zero Waste yang Realistis!



Daftar Pustaka:

Guilt Report. 2020. The Guilt Report: 2020 edition. Available at: https://www.vivintsolar.com/blog/guilt-report-2020-edition. Accessed on September 21st, 2020.

Parung, C.A. 2019. How do the Indonesian ecologically conscious millennials value upcycled clothing? IOP Conf. Series: Materials Science and Engineering 703 (2019) 012031 IOP Publishing doi:10.1088/1757-899X/703/1/012031

Freepik. 2020. <a href='https://www.freepik.com/vectors/arrow'>Arrow vector created by pch.vector - www.freepik.com</a>


Post: Blog2_Post
bottom of page